Pages

Sunday, November 8, 2009

apologi

adalah suatu senyuman dan rasa sakit sehingga pecah seluruhnya tak terbendung logika tak mampu gerakkan mesin dan motor sebagai laju pikiran serta perasaan. tumpah ruah. aku terdiam.
senyuman bak penawar sengatan bersalah si tawon yang mencedera. buatku seperti lonte yang pura-pura lupa tak berikan kembalian pada pelanggan tadi malam. Salah terbang di ruang analogi dan linguisi menerjang semua intuisiku yang bunuh oksigen, hanya ada karbon monoksida. terpaksa ku hirup. aku sesak.
tercurah cahaya matahari. walau setitik di setiap lorong-lorong ego. lumayan, bisa digunakan dengan lup dan kertas hitam masa lalu untuk nyalakan api. tak sanggup tingkatkan suhu. celcius maupun reamur. termometer tiada guna. karena hampa. tak ada derajat. persetan api palsu. hanya dia penerangku.
analisa lagi, terus berlari entah berapa kilometer hingga terjatuh lagi lagi terus-terusan lagi. goresan tampakkan diri. rasa sakit bersekutu dengan matinya syaraf. mencari, teropong, dimana kalimat apologi? bisakah ditangkap, dengarkan, letakkan dalam lipatan dan patahan epirogenesa? mungkin aku naif. dan kalimatmu adalah hipokrit. tapi tarian kosa katamu bisa buatku hilang akal meski harganya tak lebih dari lawaran atau lapen pajeksan.
hanya tinggal beri aku peta untuk menerobos gang-gang tak berakhir atau paksa aku kelilingi labirin diiringi irama meriam yang mengincar urat leher dan otak kananku hanya untuk menemukan serenteng APOLOGI. respek atas semua keringatku.
ini adalah akhir dari suatu awal, bukan antonimnya seperti kehidupan lewat sebelumnya. adalah parasit dan untung rugi. problema akan terus berputar hingga pusing mengelilingi lingkaran dengan kecepatan bumi berotasi. setiap hari. problema punya amunisi, seperti buih di pantai yang takkan pernah habis. setiap detik.
haruskah mohon akan kiamat? agar lautan tak berbuih dan bumi tak berotasi? agar tak banyak lebih banyak lebam ku lukiskan di sendi-sendimu? agar kau bebas sesap anggurmu dan hisap marijuana itu? haruskah?
jawab sayang, bila iya, kau hanya tinggal tersenyum sementara aku dengan senang hati akan melayang bersama jibril menuntun sayap kananku, dan israil di sayap kiriku.
patah.

aku terjaga.

No comments:

Post a Comment