Pages

Tuesday, October 6, 2009

Setetes Kata Hati

'Dor!',
sekali lagi aku tertembak. setelah waktu itu di tahun yang tak terekam sejarah. kali ini tepat di paru-paru, sesak yang kurasakan semakin membuat asmaku senang ada temannya. sakit, sakit, sakit! kau tahu artinya sakit? aku pun sebenarnya tidak tahu, tapi menurut orang bilang di kehidupan yang bertarung dengan waktu, inilah yang dinamakan sakit. rasanya perih, nyeri, seperti belati yang ditusukkan di perut dan digerakkan di setiap inci urat lehermu. mau mencoba seperti apa sakit itu? datanglah kemari, supaya kau bisa rasakan apa yang aku rasa saat ini. dengan senang hati kulakukan untukmu, teman.

hahaha,
mengapa aku tertawa? bukankah aku sedang merasakan sakit? aku bertaruh itu yang ada di dalam pikiranmu saat ini. tidak, memang aku sedang sakit tapi apakah kamu tahu, aku sudah kebal akan kesakitan itu. berulang kali terulang lagi dan lagi, ku tahu ini tidak akan berhenti, masih ada hari esok untuk kurasakan sakit lagi. si sakit pun takkan bosan datangi aku, lebih sering daripada matahari menemuiku untuk terangi hari-hari. aku sendiri yang spontan panggil si sakit untuk terbang padaku, untuk buka satu luka lagi di setiap sayap patahku. aku senang, aku senang akan rasa sakit itu, dan aku kan pergi cari obat lagi untuk sakitku. untuk perihku. tenang sayang, aku sudah terbiasa, dan aku janjikan ku tak akan biarkan jiwa ini meloncat dari raga yang selalu salah.

pergi?
aku bukan pengecut, bagiku rasa sakit itu lebih indah daripada harus terperangkap di labirin tanpa akhir ditatap oleh sejuta anak panah yang siap tusukkan ujung-ujungnya di titik yang sudah disiapkan Tuhan untuk tarik ruhku ke neraka terdalam. iya, sungguh aku berkata. aku tidak bohong, sakit itu lebih indah! aku takkan pergi dari hidup ini, walaupun fana kaburkan penglihatanku, panas bakar pori-pori perasaanku. aku bukan pengecut! kuulangi sekali lagi, aku bukan pengecut! aku membencimu lebih daripada aku benci diriku sendiri. buka matamu! lihat kesalahanmu di masa lalu! aku tidak mengenalmu, dan begitu juga dirimu tak tahu siapa aku, siapa bayanganku, siapa awan yang turunkan aku ke tanah ini. tidakkah kau dengar setiap frase yang keluar dari mulutmu? rangkaian kata yang incar aku kepada kematian konyol atas diriku sendiri? tidakkah kau dengar, Tuan Mulut Besar?

bertahan.
karena aku cukup kuat untuk terima satu luka lagi, masih ada ruang untuk si sakit hampiriku, dan masih banyak air mata bukti perih kesenanganku. tapi semuanya seperti candu, aku ingin lagi lagi lagi dan banyak lagi. lebih sakit, lebih baik.

Tuhan.
tunjukkan jalan terbaik-Mu untukku walaupun itu buruk..

No comments:

Post a Comment