Pages

Wednesday, August 3, 2011

Efek Kontaminasi Nikotin Dan Kafein

Bayanganku terkunci rapat.
Ruangan ini riuh tanpa logika.
Berputar, berjejalan emosi.
Menyusun dinding hati, makin tebal, makin tinggi!

Panas memuncak, menyengat setiap pori.
Menyumbat resapan akal sehat.
Kafein bergabung dengan sakarin,
Nikotin, euforia efedrin.
Imajinasi kalut, diisi dengan warna-warni monokromatik.
Dibakar gas dalam pemantik.

Tempat ini jadi saksi ketika aku dilahirkan bisingnya tabuhan perang
yang digulung oleh baju besi.
Mereka bilang aku dikutuk heroin,
Mereka bilang aku jalang,
Acuhkan saja, aku tak peduli ataupun percaya,
Karena itu kebohongan, apabila dilontarkan oleh lidah-lidah dan emosi-emosi yang menjadi satu, terpilin.
Aku ya aku, biar berdenging di telingamu,

Disini aku didewasakan oleh ambisi.
Ditempa secara liar untuk menapaki bara,
Memandangi belanga berisi anggur yang disuling dengan harapan nyata.
Amunisi? Penuh terisi.
Jangan sampi meleng walaupun sedikit, lalu konvoi mimpiku pergi lagi.

Aku suka tempat ini dimana aku memenjarakan diri.
Sama sekali sesak tanpa udara segar dunia luar.
Tak ada hingar bingar.
Hanya aku dan sahabatku,
tembakau terbalut papir.
Menikmati manisnya luka yang aku ukir,
Sendiri, bebas, sarkas, dan satir.

Aku suka tempat ini dimana kejujuran mengeksekusi hipokrit.
Melucuti setiap helai pakaian kemunafikan.
Hingga setiap sudut menjerit.
Disini tidak ada dusta yang perlu diselimuti senyuman manis.
Nyaman sekali tempat ini, apalagi ketika
pintu-pintu dan jendela-jendela rahasia mulai terbuka dan berderit,
Tanpa histeria ketakutan berkoloni membayang.
Walaupun sebenarnya sakit.

Aku suka tempat ini dimana aku meregang nyawa.
Dibuai tetesan berefek psikedelik,
Tergolek lemah di mimbar kecewa.
Prosesi pembunuhan perasaan, menipu dunia.
Binasa sudah peranku sebagai cagak para manusia,
Dan disini aku meresapi hidupku sebagai aku yang bersuara parau,
Tak berdaya.

Diburu waktu, setiap menit runtuh satu per satu, detik bergulir
Seseorang menantiku di luar tempat ini.
Kembali berdusta dan membohongi diri.

Telak.

No comments:

Post a Comment